Empat Puluh Lima Tahun Membabarkan Dhamma

Setelah Sri Bhagavā (Buddha) mengutus keenam puluh siswa-Nya, Ia sendiri tetap melanjutkan pembabaran Dhamma tanpa kenal lelah selama empat puluh lima tahun. Selama dua puluh tahun pertama masa pembabaran Dhamma ini, Sri Bhagavā melewatkan masa berdiam musim hujan di berbagai tempat dan vihāra (baca: wihara)[1]. Namun, selama dua puluh lima tahun terakhir, Ia melewatkan sebagian besar masa berdiam-Nya di Sāvatthī. Berikut adalah kronologi pembabaran Dhamma yang dilakukan oleh Sri Bhagavā selama empat puluh lima tahun dari tahun 588 Sebelum Era Umum (SEU) berdasarkan penanggalan tradisi, atau 528 SEU berdasarkan penanggalan sejarah, atau 45 Sebelum Era Buddhis (SEB), hingga 544 SEU, atau 484 SEU, atau tahun 1 SEB.

TAHUN PERTAMA (588 SEU/528 SEU/45 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Taman Rusa (Pali: Migadāya, Sanskerta: Mrigadava), di Isipatana dekat Bārānasī (Benares; Varanasi), Kāsi.

Peristiwa utama:
Buddha membabarkan khotbah pertama Dhammacakkappavattana Sutta, Anattalakkhaṇa Sutta, dan Ādittapariyāya Sutta; mengalihyakinkan kelima petapa (Pañcavaggiyā); mendirikan Persamuhan (Saṅgha) Bhikkhu dan Tiga Pernaungan (Tisaraṇa); mengalihyakinkan Yasa dan kelima puluh empat sahabatnya; mengutus para duta Dhamma pertama; mengalihyakinkan ketiga puluh pangeran yang dikenal sebagai bhaddavaggiyā di hutan Kappāsika; mengalihyakinkan ketiga Kassapa bersaudara beserta seribu orang pengikut mereka.

TAHUN KEDUA SAMPAI KEEMPAT (587 – 585 SEU/527-525/44-42 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Vihara Hutan Bambu (Pali: Veluvanāramā; Sanskerta: Venuvanāramā), di dekat Rājagaha, Magadha.

Peristiwa utama:
Buddha memenuhi janji kepada Raja Bimbisāra; menerima Vihara Veluvana sebagai pemberian dana; menyabdakan Nasihat Menuju Pembebasan (Pali: Ovāda Pāṭimokkha; Sanskerta: Avavāda Prātimokṣa)[2]; menunjuk Sāriputta dan Moggallāna sebagai siswa bhikkhu utama (Pali: aggasāvaka; Sanskerta: agraśrāvaka); mengunjungi Kapilavatthu; mempertunjukkan mukjizat ganda (Pali: yamaka pāṭihāriya; Sanskerta: yamaka prātihārya); menahbiskan Pangeran Rāhula dan Pangeran Nanda; mengukuhkan Raja Suddhodana, Ratu Mahāpajāpatī Gotamī, serta Yasodharā ke dalam arus kesucian; menahbiskan keenam pangeran Sākya (Ānanda, Anuruddha, Bhaddiya, Bhagu, Devadatta, dan Kimbila); bertemu dengan Anāthapiṇḍika; menerima Vihara Hutan Jeta (Jetavana) di Sāvatthi, Kosala, sebagai pemberian dana dari Anāthapiṇḍika yang telah membelinya dari Pangeran Jeta; bertemu dengan Raja Pasenadi (Sanskerta: Prasenajit) dari Kosala; mendamaikan sengketa antara suku Sākya dan Koliya; membabarkan Mahāsamaya Sutta.

TAHUN KELIMA (584 SEU/524 SU/41 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Balairung Puncak (Pali: Kūtāgārasālā; Sanskerta: Kūṭāgārasālā), Mahāvana, di dekat Vesāli, Vajjī.

Peristiwa utama:
Wafatnya Raja Suddhodana; Sri Bhagavā mengizinkan Ratu Mahāpajāpatī Gotamī bersama kelima ratus putri untuk menjadi bhikkhunī; mendirikan Saṅgha Bhikkhunī; membabarkan Khotbah Penyaluran Derma (Pali: Dakkhiṇāvibhaṅga Sutta; Sankserta: Dakṣiṇāvibhāga Sūtra).

TAHUN KEENAM (583 SEU/523 SEU/40 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Bukit Mankula (Pali: Mankulapabbata; Sanskerta: Mankulaparvata), di dekat Kosambī, Vamsā.

Peristiwa utama:
Ratu Khemā dari Magadha menjadi bhikkhunī dan kemudian ditunjuk sebagai salah satu dari kedua siswi bhikkhunī utama bersama dengan Uppalavannā dari Sāvatthi; Sri Bhagavā melarang mempertunjukkan mukjizat demi keuntungan pribadi dan harga diri mereka sendiri; Sri Bhagavā melakukan mukjizat ganda.

TAHUN KETUJUH (582 SEU/522 SEU/39 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Surga Tāvatiṃsa (Sankserta: Trāyastriṃśa)

Peristiwa utama:
Buddha melakukan mukjizat; melakukan pembabaran Abhidhamma[3] di Surga Tāvatiṃsa; Ciñcāmānavikā dari Sāvatthi, memfitnah Sri Bhagavā di Vihara Jetavana.

TAHUN KEDELAPAN (581 SEU/521 SEU/38 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Hutan Bhesakala (Pali: Bhesakalāvana; Sanskerta: Bhēśkalāvana), di dekat Sumsumāragiri, Distrik Bhaggā, Vamsā.

Peristiwa utama:
Pangeran Bodhi (Bodhirājakumāra) mengundang Sri Bhagavā ke Kokanada, istana barunya, untuk menerima dana makanan dan Sri Bhagavā membabarkan Khotbah kepada Bodhirājakumāra (Pali: Bodhirājakumāra Sutta; Sanskerta: Bodhirājakumāra Sūtra).

TAHUN KESEMBILAN (580 SEU/520 SEU/37 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Vihara Ghosita (Pali: Ghositārāma; Sanskerta: Ghuṣitārāma) di Kosambī, Vamsā.

Peristiwa utama:
Māgandiyā membalas dendam karena Sri Bhagavā menolaknya sebagai istri; terjadi sengketa di antara para bhikkhu di Kosambī.

TAHUN KESEPULUH (579 SEU/519 SEU/36 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Hutan Kecil Rakkhita (Pali: Rakkhitavanaṣaṇḍa; Sanskerta: Rakṣitavanaaṇḍa) di dekat Desa Pārileyyaka, Vamsā.

Peristiwa utama:
Karena terjadi sengketa yang berkepanjangan di antara para bhikkhu di Kosambī, Sri Bhagavā akhirnya menyendiri di Hutan Belukar Rakkhita, di dekat Desa Pārileyyaka, ditemani oleh gajah Pārileyyaka. Pada penghujung kediaman musim hujan tersebut Ānanda, atas nama para warga Sāvatthi, mengundang Sri Bhagavā untuk kembali ke Sāvatthi. Para bhikkhu Kosambī yang bersengketa tersebut kemudian memohon maaf kepada Sri Bhagavā dan kemudian menyelesaikan sengketa mereka.

TAHUN KESEBELAS (578 SEU/518 SEU/35 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Vihara Dakkhināgiri (Sankserta: Dakṣiṇagiri), di Avanti.

Peristiwa utama:
Buddha mengalihyakinkan Brahmin Kasī-Bhāradvāja dari Desa Ekānalā, dengan membabarkan Khotbah kepada Kasī-Bhāradvāja (Pali: Kasī-Bhāradvāja Sutta); menuju ke Kammasadamma di Negeri Kuru serta membabarkan Khotbah Besar/Panjang tentang Perhatian Penuh (Pali: Mahā-satipaṭṭhāna Sutta; Sankserta: Maha-smṛtyupasthāna Sūtra) dan Khotbah Besar/Panjang tentang Penyebab (Pali: Mahā-Nidāna Sutta; Sanskerta: Mahā-Nidāna Sūtra).

TAHUN KEDUA BELAS (577 SEU/517 SEU/34 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Verañjā, di Pañcāla.

Peristiwa utama:
Sri Bhagavā memenuhi undangan seorang brahmin di Verañja untuk melewatkan kediaman musim hujan sana. Sayangnya, waktu itu terjadi bencana kelaparan di sana. Akibatnya, Sri Bhagavā dan para siswa-Nya hanya memperoleh makanan mentah yang biasanya diberikan kepada kuda yang dipersembahkan oleh sekelompok pedagang kuda.

TAHUN KETIGA BELAS (576 SEU/516 SEU/33 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Bukit Batu Cadas Cālikā (Pali: Cālikāpabbata; Sankserta: Cālikāparvata), di Ceti[4].

Peristiwa utama:
Setelah melewati kediaman musim hujan, Sri Bhagavā menuju ke Kota Bhaddiya di Anga untuk mengalihyakinkan sang hartawan Mendaka beserta istrinya yaitu Candapadumā, putranya yaitu Dhanañjaya, menantunya yaitu Sumanadevī, cucu putrinya yang berumur tujuh tahun yaitu Visākhā, serta pembantunya yaitu Punna; mengalihyakinkan Sīha, seorang panglima di Vesali yang sekaligus merupakan pengikut Nigantha Nātaputta[5]; membabarkan Khotbah Besar/Panjang Nasihat kepada Rāhula (Pali: Mahā-rāhulovāda Sutta; Sanskerta: Mahā-rāhulovāda Sūtra).

TAHUN KEEMPAT BELAS (575 SEU/515 SEU/32 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Vihara Jetavana, di Savatthi, Kosala.

Peristiwa utama:
Rāhula, putra dari Pangeran Siddhattha yang kini menjadi Buddha, menerima penahbisan lanjut dan menjadi bhikkhu; Sri Bhagavā membabarkan Khotbah Kecil/Singkat kepada Rāhula (Pali: Cūla-rāhulovāda Sutta; Sanskerta: Kṣulla-rāhulovāda Sūtra), Khotbah mengenai Bukit Semut (Pali: Vammīka Sutta; Sanskerta: Valmīka Sūtra) dan Khotbah Pali: Sūciloma Sutta; Sanskerta: Sūciloma Sūtra).

TAHUN KELIMA BELAS (574 SEU/514 SEU/31 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Vihara Nigrodha (Pali: Nigrodhārāma; Sanskerta: Nyagrodhārāma) di Hutan Kecil Pohon Jawi[6], di Kapilavatthu, Kosala.

Peristiwa utama:
Wafatnya Raja Suppabuddha, ayah-mertua Pangeran Siddhattha (Sri Buddha).

TAHUN KEENAM BELAS (573 SEU/513 SEU/30 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Cetiya Aggālava, Kota Ālavī, di antara Sāvatthi (Kosala) dan Rājagaha (Magadha).

Peristiwa utama:
Sri Bhagavā menyelamatkan Ālavaka yang juga dikenal dengan nama Hatthaka.

TAHUN KETUJUH BELAS (572 SEU/512 SEU/29 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Vihara Hutan Bambu (Pali: Veluvanāramā; Sanskerta: Venuvanāramā), Kalandakanivāpa (suaka alam tempat memberi makan tupai hitam), di dekat Rājagaha, Magadha.

Peristiwa utama:
Buddha membabarkan Khotbah Kemenangan (Pali: Vijaya Sutta; Sanskerta: Vijaya Sūtra); membabarkan Khotbah Nasihat kepada Sigāla (Pali: Sigālovāda Sutta; Sanskerta: Sr̥gālovāda Sūtra), seorang perumah tangga muda Sigāla .

TAHUN KEDELAPAN BELAS Sampai KESEMBILAN BELAS (571 – 570 SEU/511-510 SEU/28-27 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Bukit Batu Cadas Cālikā (Pali: Cālikāpabbata; Sankserta: Cālikāparvata), di Ceti.

Peristiwa utama:
Sri Bhagavā memberikan khotbah kepada seorang gadis penenun beserta ayahnya di Kota Ālavī; Sri Bhagavā mengalihyakinkan Kukkutamitta sang pemburu dan keluarganya.

TAHUN KEDUA PULUH (569 SEU/509 SEU/26 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Veluvanāramā, di dekat Rājagaha, Magadha.

Peristiwa utama:
Buddha menetapkan aturan-aturan Pārājika[7]; menunjuk Ananda sebagai pengiring tetap; pertemuan pertama dengan Jīvaka Komārabhacca; mengalihyakinkan Angulimāla; Sri Bhagavā dituduh atas pembunuhan Sundarī; meluruskan pandangan salah Brahmā Baka; menundukkan Raja Kobra (Pali, Sanskerta: Nāga) Nandopananda.

TAHUN KEDUA PULUH SATU SAMPAI KEEMPAT PULUH EMPAT (568-545 SEU/508-485/25-2 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Vihara Jetavana dan Vihara Pubba (Pali: Pubbārāma; Sanskerta: Purvārāma) di Sāvatthi, Kosalā.

Peristiwa utama:
Kisah mengenai Raja Pukkusāti dari Gandhāra; Sri Bhagavā membabarkan Khotbah kepada Ambattha (Pali: Ambattha Sutta; Sanskerta: Ambartha Sūtra) di Desa Iccānanagala; penyerahan Vihara Pubba sebagai dana; wafatnya Raja Bimbisāra; Bhikkhu Devadatta berusaha membunuh Sri Bhagavā; menjinakkan Gajah Nālāgiri; Bhikkhu Devadatta menciptakan perpecahan di dalam Sangga; meninggalnya Bhikkhu Devadatta; pertemuan Sri Bhagavā dengan Raja Ajatāsattu (Sanskerta: Ajātaśatru); wafatnya Raja Pasenadi dari Kosala; membabarkan Khotbah mengenai Pertanyaan Sakka (Pali: Sakka Pañha Sutta; Sanskerta: Śakra Praśna Sūtra).

TAHUN KEEMPAT PULUH LIMA (544 SEU/484 SEU/1 SEB)

Tempat kediaman musim hujan:
Desa Beluva/Veluva (Pali: Beluvagāma; Sanskerta: Veluvagrāma), di dekat Vesāli, Vajjī.

Peristiwa utama:
Buddha mengalihyakinkan Upāli Gahapati, siswa utama Nigantha Nātaputta; membabarkan ketujuh kondisi kesejahteraan bagi para penguasa dunia dan para bhikkhu; menyampaikan ceramah Cermin Dhamma (Pali: Dhammādāsa dhammapariyāya; Sanskerta: Dharmādarśa Dharmaparyāya); menerima Hutan Mangga (Pali: Ambapālivana; Sanskerta: Amrapālivana) dari Ambapālī sebagai persembahan dana; wafatnya Sāriputta dan Moggallāna; Sri Bhagavā sakit keras; membabarkan Empat Sumber Acuan Utama (Pali: Cattāro Mahāpadesā; Sankserta: Catu Mahāpadeśa); menyantap Sūkaramaddava[8] yang dipersembahkan oleh Cunda Kammāraputta (Sanskerta: Kārmāraputra – Putra Pandai Besi) di Pāvā, Mallā ; menerima petapa kelana Subhadda sebagai siswa terakhir.

KEGIATAN SEHARI-HARI SRI BHAGAVĀ

Selama empat puluh lima tahun Sri Bhagavā membabarkan Dhamma dengan semangat. Dan setiap hari Ia melakukan kegiatan rutin-Nya tanpa mengenal jenuh.

Kegiatan harian yang dilakukan Sri Bhagavā bisa dibagi ke dalam lima sesi, yaitu: (1) kegiatan pagi (pure-bhatta kicca), (2) kegiatan siang (pacchā-bhatta kicca), (3) kegiatan waktu jaga pertama malam (purimāyāma kicca), (4) kegiatan waktu jaga pertengahan malam (majjhimāyāma kicca), dan (5) kegiatan waktu jaga terakhir malam (pacchimāyāma kicca).

Kegiatan Pagi (sekitar pukul 06.00 – 12.00)

Sri Bhagavā bangun pukul 04.00, kemudian setelah mandi Ia bermeditasi selama satu jam. Setelah itu pada pukul 05.00, Beliau memindai dunia dengan Mata Buddha-Nya untuk melihat siapa yang bisa Ia bantu. Pukul 06.00, Sri Bhagavā menata jubah bawah, mengencangkan ikat pinggang, mengenakan jubah atas, membawa mangkuk dana-Nya, lalu pergi menuju ke desa terdekat untuk menerima dana makanan. Terkadang Sri Bhagavā melakukan perjalanan untuk menuntun beberapa orang ke jalan yang benar dengan kebijaksanaan-Nya. Setelah menyelesaikan makan sebelum tengah hari, Sri Bhagavā akan membabarkan khotbah singkat; Ia akan mengukuhkan sebagian pendengar dalam Tiga Pernaungan. Kadang Ia memberikan penahbisan bagi mereka yang ingin memasuki Persamuhan.

Kegiatan Siang (sekitar pukul 12.00 – 18.00)

Pada waktu ini, biasanya digunakan oleh Sri Bhagavā untuk memberikan petunjuk kepada para bhikkhu dan untuk menjawab pertanyaan dari para bhikkhu. Setelah itu Sri Bhagavā akan kembali ke bilik-Nya untuk beristirahat dan memindai seisi dunia untuk melihat siapa yang memerlukan pertolongan-Nya. Lalu, menjelang senja, Sri Bhagavā menerima para penduduk kota dan desa setempat di aula pembabaran serta membabarkan khotbah kepada mereka. Saat Sri Bhagavā membabarkan Dhamma, masing-masing pendengar, walaupun memiliki perangai yang berlainan, berpikir bahwa khotbah Sri Bhagavā ditujukan secara khusus kepada dirinya. Demikianlah cara Sri Bhagavā membabarkan Dhamma, yang sesuai dengan waktu dan keadaannya. Ajaran luhur dari Sri Bhagavā terasa menarik, baik bagi khalayak ramai maupun kaum cendekia.

Kegiatan Waktu Jaga Pertama Malam (sekitar pukul 18.00 – 22.00)

Setelah para umat awam pulang, Sri Bhagavā bangkit dari duduk-Nya pergi mandi. Setelah mandi, Sri Bhagavā mengenakan jubah-Nya dengan baik dan berdiam sejenak seorang diri di bilik-Nya. Sementara itu, para bhikkhu akan datang dari tempat berdiamnya masing-masing dan berkmpul untuk memberikan penghormatan kepada Sri Bhagavā. Kali ini, para bhikkhu bebas mendekati Sri Bhagavā untuk menghilangkan keraguan mereka, untuk meminta nasihat-Nya mengenai kepelikan Dhamma, untuk mendapatkan objek meditasi yang sesuai, dan untuk mendengarkan ajaran-Nya.

Kegiatan Waktu Jaga Pertengahan Malam (sekitar pukul 22.00 – 02.00)

Rentang waktu ini disediakan khusus bagi para makhluk surgawi seperti para dewa dan brahma dari sepuluh ribu tata dunia. Mereka mendekati Sri Bhagavā untuk bertanya mengenai Dhamma yang selama ini tengah mereka pikirkan. Sri Bhagavā melewatkan tengah malam itu sepenuhnya untuk menyelesaikan semua masalah dan kebingungan mereka.

Kegiatan Waktu Jaga Terakhir Malam (sekitar pukul 02.00 – 06.00)

Rentang waktu ini dipergunakan sepenuhnya untuk Sri Bhagavā sendiri. Pukul 02.00 sampai 03.00, Sri Bhagavā berjalan-jalan untk mengurangi penat tubuh-Nya yang menjadi kaku karena duduk sejak fajar. Pukul 03.00 sampai 04.00, dengan perhatian murni, Ia tidur di sisi kanan-Nya di dalam Bilik Harum-Nya (Gandhakuti)[9]. Pada pukul 04.00 sampai 05.00, Sri Bhagavā bangkit dari tidur, duduk bersilang kaki dan bermeditasi menikmati Nibbāna.

Demikianlah kegiatan harian yang dilakukan oleh Sri Bhagavā, yang Ia lakukan sepanjang hidup-Nya.

Catatan:

[1] Vihāra atau vihara (dibaca: wihara) secara harfiah berarti tempat tinggal. Sering disebut juga dengan saṅghārāma atau ārāma (Indonesia: asrama), merupakan bangunan yang dipergunakan oleh para bhikkhu dan bhikkhunī untuk menetap hanya pada masa berdiam musim hujan. Istilah Indonesia untuk “biara” berasal dari kata vihāra.
[2] Pātimokkha juga merupakan istilah untuk kode atau peraturan dasar disiplin keviharaan (baca: kewiharaan) untuk para bhikkhu dan bhikkhunī.
[3] Abhidhamma (Sanskerta: Abhidharma), dari kata abhi- (penguasaan, terhadap, lanjut) dan dhamma/dharma (ajaran, kebenaran). Abhidhamma bisa diterjemahkan sebagai Penguasaan Dhamma atau Ajaran Lanjut.
[4] Ceti atau Cetiya (Sanskerta : Chedi) merupakan salah satu dari 16 Mahājanapada (Negara Besar), yang lainnya: Kāsī, Kosala, Anga, Magadha, Vajji, Mallā, Vamsā, Kuru, Pañcāla, Macchā, Sūrasena, Assaka, Avantī, Gandhāra dan Kamboja.
[5] Sanskerta: Nirgrantha Nathaputra. Juga dikenal dengan nama Mahavira atau Vardhamana, merupakan seorang guru aliran Nigantha/Nirgrantha atau Jain.
[6] Pohon banyan India (Pali: Nigrodha; Sanskerta: N’yagrōdha; Latin: Ficus benghalensis).
[7] Peraturan mengenai pelanggaran yang serius, berat, yang tidak dapat diperbaiki, dan menyebabkan pelanggarnya dikeluarkan dari kebhikkhuan.
[8] Sūkaramaddava (Sanskerta: Sūkaramārdava), adalah nama dari sejenis makanan. Hingga sekarang, jenis makanan ini masih belum diketahui secara pasti. Secara harfiah berasal dari kata sūkara (babi) dan maddava (lunak). Menurut Dīgha Nikāya Atthakathā (kitab komentar), Sūkaramaddava atau daging babi lunak adalah daging dari seekor babi yang tidak terlalu muda atau terlalu tua, yang sudah tersedia (pavattamaṃsa) dan tidak dibunuh khusus untuk Sri Bhagavā; sebagian ahli menafsirkannya sebagai beras lunak yang ditanak dengan lima macam makanan olahan dari sapi; sebagian ahli lainnya mengatakan bahwa makanan tersebut adalah makanan khusus yang dipersiapkan dengan ramuan tertentu yang disebut rasāyana yang lezat dan sangat bergizi, dan sementara sebagian ahli lainnya mengatakan bahwa makanan tersebut adalah tumbuhan jamur yang digemari oleh babi.
[9] Gandhakuti secara harfiah dari kata “gandha” (harum) dan “kuti” (bilik, pondok).

DAFTAR ISI

Pendahuluan
Kelahiran dan Kehidupan Istana Pangeran Siddhattha
Pelepasan Keduniawian Pangeran Siddhattha
Kehidupan Petapa Gotama
Pencerahan Agung
Pemutaran Roda Dhamma
Empat Puluh Lima Tahun Membabarkan Dhamma
Perjalanan Terakhir Buddha Gotama
Mahaparinibbana Buddha Gotama

REKOMENDASIKAN: