Jalan Arya Berunsur Delapan – Ariyo Aṭṭhaṅgiko Maggo

Jalan Arya Berunsur Delapan atau Jalan Mulia Beruas Delapan (Pali: ariyo aṭṭhaṅgiko maggo; Skt: ārya aṣṭāṅga mārga) adalah ringkasan dari jalan atau cara atau praktik yang bertujuan untuk melenyapkan dukkha (keluh kesah, ketidakpuasan, penderitaan), yang dipahami oleh para Arya (muliawan atau suciwan) sebagai Kebenaran.

Jalan Arya Berunsur Delapan pertama kali disampaikan oleh Buddha Gotama dalam khotbah pertama-Nya yang berjudul “Memutar Roda Dhamma” (Pali: Dhammacakkappavattana; Skt: Dharmacakrapravartana) kepada lima kelompok (pañcavaggiyā) petapa, di Taman Rusa Isipatana, pada bulan Āsāḷha (Skt: Āsādha).

Jalan Arya Berunsur Delapan disampaikan sebagai bagian dari dari Empat Kebenaran Arya, yaitu sebagai “Jalan Tengah” (Pali: majjhimā paṭipadā; Skt: madhyamā-pratipada) untuk melenyapkan dukkha.[1] Jalan atau cara ini merupakan satu-satunya jalan atau cara terbaik untuk melenyapkan dukkha yang juga telah ditunjukkan oleh para Buddha dari masa-masa sebelumnya dan akan ditunjukkan oleh para Buddha dari masa-masa mendatang.[2]

Jalan atau praktik ini disebut sebagai “Jalan Tengah” karena praktik ini menghindari dua praktik ekstrem (keras) yaitu praktik mengejar kebahagiaan indria dalam kenikmatan indria, yang rendah, kasar, cara-cara kaum duniawi, tidak mulia, tidak bermanfaat; dan praktik mengejar penyiksaan diri, yang menyakitkan, tidak mulia, tidak bermanfaat.

Untuk menuju lenyapnya dukkha, kedelapan unsur ini harus dipraktikkan secara bersamaan tanpa meninggalkan satu dengan yang lain. Dan Jalan Arya Berunsur Delapan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu: sila (kemoralan), samadhi (konsentrasi), dan panna (kebijaksanaan). Berikut pengelompokan unsur yang terkandung di dalamnya:

Kebijaksanaan (Pali: paññā; Skt: prajñā)
1. Pandangan Benar (Pali: sammādiṭṭhi; Skt: samyakdṛṣṭi)
2. Pikiran Benar (Pali: sammāsaṅkappa; Skt: samyaksaṃkalpa)

Kemoralan (Pali: sīla; Skt: śīla)
3. Ucapan Benar (Pali: sammāvācā; Skt: samyakvācā, samyagvāk)
4. Perbuatan Benar (Pali: sammākammanta; Skt: samyakkarmanta)
5. Penghidupan Benar (Pali: sammāājīva; Skt: samyakājīva, samyagājīva)

Konsentrasi (Pali: samādhi; Skt: samādhi)
6. Usaha Benar (Pali: sammāvāyāma; Skt: samyakvyāyāma, samyagvyāyāma)
7. Perhatian Benar (Pali: sammāsati; Skt: samyaksmṛti)
8. Konsentrasi Benar (Pali: sammāsamādhi; Skt: samyaksamādhi)

Dalam Mahāsatipaṭṭhāna Sutta [3] dan Vibhaṅga Sutta [4], Sri Buddha menjelaskan mengenai  definisi dari masing-masing unsur dari Jalan Arya Berunsur Delapan (Jalan Mulia Berunsur Delapan).

1. Pandangan Benar
Pandangan Benar adalah pengetahuan yang disertai dengan penembusan (realisasi) tentang Empat Kebenaran Arya (dukkha, asal munculnya dukkha, lenyapnya dukkha, dan jalan menuju lenyapnya dukkha). Y.A. Sariputta dalam Sammaditthi Sutta[5] memperinci tentang Pandangan Benar selain Empat Kebenaran Arya, yaitu pengetahuan disertai penembusan tentang:
a. Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan (Pali: paṭiccasamuppāda; Skt: pratītyasamutpāda), termasuk di dalamnya tentang Hukum Sebab Akibat Perbuatan (Pali: kamma; Skt: karma) dan Kelahiran Kembali (Pali: punabbhava; Skt: punarbhava).
b. Tiga Akar Kejahatan/Ketidakmanfaatan (Pali: akusala-mūla; Skt: akuśala-mūla) dan Tiga Akar Kebaikan/Kemanfaatan (Pali: kusala-mūla; Skt: kuśala-mūla).
c. Tiga Karakteristik Keberadaan/Tiga Corak Umum (Pali: tilakkhaṇa, Skt: trilakṣaṇa).
d. Tiga Kekotoran/Noda Batin (Pali: āsava; Skt: āsrava).

2. Pikiran Benar
Pikiran Benar adalah:
a. Pikiran yang diarahkan untuk melepaskan keduniawian (Pali: nekkham­ma­saṅkappa; Skt: naiṣkāmyasaṃkalpa),
b. Pikiran yang tanpa membahayakan/memusuhi (Pali: abyāpā­da­saṅkappa; Skt: abhayasaṃkalpa)
c. Pikiran yang tanpa kekejaman/kekerasan (Pali: avihiṃ­sā­saṅkappa; Skt: ahimsāsaṃkalpa)[6]

3. Ucapan Benar
Ucapan Benar adalah menghindari ucapan yang tidak sebenarnya/berbohong (Pali: musāvādā veramaṇī; Skt: mr̥ṣāvāda vairamaṇya), menghindari pembicaraan yang memecah belah (Pali: pisuṇāya vācāya veramaṇī; Skt: piśunaya vācāya vairamaṇya), menghindari pembicaraan yang kasar/caci maki (Pali: pharusāya vācāya veramaṇī; Skt: pāruṣya vācāya vairamaṇya), dan menghindari pembicaraan yang membual/omong kosong (Pali: samphappalāpā veramaṇī; Skt: pāruṣya vairamaṇya).

Terdapat 5 faktor atau unsur yang harus dipenuhi sehingga suatu pembicaraan disebut dengan pembicaraan yang baik,[7] yaitu:
a. Pembicaraan diucapkan pada waktu yang tepat.
b. Pembicaraan itu adalah benar.
c. Pembicaraan itu diucapkan dengan lembut.
d. Pembicaraan itu bermanfaat.
e. Pembicaraan itu diucapkan dengan pikiran cinta kasih.

4. Perbuatan Benar
Perbuatan Benar adalah menghindari melakukan pembunuhan, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria.[8]

5. Penghidupan Benar
Penghidupan Benar adalah meninggalkan cara penghidupan yang salah, mencari dan mempertahankan penghidupan dengan cara penghidupan yang benar. Penghidupan salah sendiri adalah penghidupan dengan kelicikan, bujuk rayu, memberi isyarat/tanda-tanda secara terselubung, manipulasi/tipu muslihat, dan mengejar keuntungan dengan/demi keuntungan.[9][10]

Dalam penghidupan atau mata pencaharian perumah tangga dalam bidang perdagangan, terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari, yaitu: berdagang senjata, berdagang makhluk-makhluk hidup, berdagang daging, berdagang minuman memabukkan, dan berdagang racun.[11]

6. Usaha Benar
Usaha Benar adalah memunculkan keinginan, berusaha, membangkitkan kegigihan (semangat), mengarahkan pikiran, dan berupaya untuk:
a. tidak memunculkan kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat yang belum muncul.
b. meninggalkan kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat yang telah muncul.
c. memunculkan kondisi-kondisi baik yang bermanfaat yang belum muncul.
d. mempertahankan, ketidak-munduran, meningkatkan, memperluas, pemenuhan dan pengembangan kondisi-kondisi baik yang bermanfaat yang telah muncul.[12]

7. Perhatian Benar
Perhatian Benar adalah memahami dengan jernih[13], tetap (berdiam) penuh perhatian[14] terhadap: badan jasmani (Pali: kāyānupassanā; Skt: kāyānupaśyanā), perasaan (Pali: vedanānupassanā; Skt: vedanānupaśyanā), pikiran (Pali: cittanupassanā; Skt: cittanupaśyanā), bentuk-bentuk mental/batin (Pali: dhammānupassanā; Skt: dharmanupaśyanā).

Keempat bentuk perhatian tersebut bisa disebut sebagai “wawasan jernih mendalam” (Pali: vipassanā; Skt: vipaśyanā).

8. Konsentrasi Benar
Konsentrasi Benar adalah masuk dan diam dalam pemusatan pikiran atau konsentrasi (Pali: jhāna; Skt: dhyāna) tingkat pertama, kedua, ketiga, hingga keempat. Bentuk pemusatan pikiran ini disebut sebagai “ketenangan” (Pali: samatha; Skt: śamatha).

Terdapat empat proses pencapaian tingkatan-tingkatan pemusatan pemikiran atau konsentrasi tersebut, yaitu:

a. Bebas dari kenikmatan indria dan perbuatan buruk, masuk dan diam dalam pemusatan pikiran tingkat pertama, saat masih adanya penempatan pikiran pada objek (Pali: vitakka; Skt: vitarka) dan mempertahankan pikiran pada objek (Pali, Skt: vicāra),[15] yang disertai dengan kegembiraan (Pali: pīti; Skt: prīti)[16] dan kebahagiaan (Pali, Skt: sukha).

b. Dengan meredakan penempatan pikiran pada objek dan meredakan mempertahankan pikiran pada objek, masuk dan diam dalam pemusatan pikiran tingkat kedua, memiliki keyakinan internal dan keterpusatan pikiran, yang tanpa penempatan pikiran pada objek dan tanpa mempertahankan pikiran, yang memiliki kegembiraan dan kebahagiaan yang timbul dari konsentrasi.

c. Dengan meninggalkan kegembiraan, berdiam dalam keseimbangan, masuk dan berdiam dalam pemusatan pikiran tingkat ketiga, yang penuh perhatian dan memahami dengan jernih, mengalami kebahagiaan dalam jasmani.

d. Dengan meninggalkan kebahagiaan dan keluhkesah/penderitaan (dukkha), masuk dan berdiam dalam pemusatan pikiran tingkat keempat, yang memiliki pemurnian perhatian oleh keseimbangan, yang bukan keluh kesah/penderitaan juga bukan kebahagiaan.

Mereka yang telah berhasil melaksanakan Jalan Arya Berunsur Delapan atau Jalan Mulia Beruas Delapan memperoleh:

1. Kesucian kemoralan (Pali: sīla-visuddhi; Skt: śīla-viśuddhi) sebagai hasil dari pelaksanaan kemoralan dan terkikis habisnya kekotoran batin (Pali: kilesa; Skt: klēśāḥ).
2. Kesucian batin (Pali: citta-visuddhi; Skt: citta-viśuddhi) sebagai hasil dari pelaksanaan konsentrasi dan terkikis habisnya rintangan batin (Pali: nīvaraṇa; Skt: nivāraṇa)
3. Kesucian pandangan (Pali: diṭṭhi-visuddhi;  Skt: dṛṣṭi-viśuddhi) sebagai hasil dari pelaksanaan kebijaksanaan dan terkikis habisnya kecenderungan tersembunyi (Pali: anusayā; Skt: anuśaya).

Demikianlah Jalan Arya Berunsur Delapan atau Jalan Mulia Beruas Delapan yang telah dibabarkan oleh Buddha Gotama, yang merupakan satu-satunya jalan atau cara terbaik untuk melenyapkan dukkha.

– Selesai –

Catatan:

[1] Dhammacakkappavattana Sutta, Saṃyutta Nikāya 56.11 (Saṃyutta Nikāya: Mahāvagga: Sacca Saṃyutta: Dhammacakkappavattanavagga 1 {Mahāvagga 1081} versi Chaṭṭha Saṅgāyana CD-ROM – CSCD), Kanon Tipitaka Pali.

[2] Khuddaka Nikāya: Dhammapada: Maggavagga 273 – 276 , versi Chaṭṭha Saṅgāyana CD-ROM – CSCD, Kanon Tipitaka Pali.

[3] Mahāsatipaṭṭhāna Sutta, Dīgha Nikāya 22 (Dīgha Nikāya: Mahāvagga 9 {Mahāvagga 372-405} versi Chaṭṭha Saṅgāyana CD-ROM – CSCD), Kanon Tipitaka Pali.

[4] Vibhaṅga Sutta, Saṃyutta Nikāya 45.8 (Saṃyutta Nikāya: Mahāvagga: Magga Saṃyutta: Avijjāvagga 8 {Mahāvagga 8} versi Chaṭṭha Saṅgāyana CD-ROM – CSCD), Kanon Tipitaka Pali.

[5] Sammaditthi Sutta, Majjhima Nikāya 9 (Majjhima Nikāya: Mūlapaṇṇāsa: Mūlapariyāyavagga 9 {Mūlapaṇṇāsa 89-104} versi Chaṭṭha Saṅgāyana CD-ROM – CSCD), Kanon Tipitaka Pali.

[6] saṅkappa (Skt: saṃkalpa) berarti pikiran atau hasil dari berpikir yang di dalamnya terdapat kehendak atau niat.

[7] Vācā Sutta (Subhāsitavācā Sutta), Aṅguttara Nikāya 5.198 (Aṅguttara Nikāya: Pañcakanipāta: Brāhmaṇavagga/Sonavagga 8 {Pañcakanipāta 198} versi Chaṭṭha Saṅgāyana CD-ROM – CSCD), Kanon Tipitaka Pali.

[8] Perilaku salah dalam kenikmatan indria/hasrat sensualitas (Pali: kāmesu­micchā­cāra; Skt: kāmeṣu­mithyā­cāra) termasuk melakukan hubungan seksual yang salah merupakan bagian dari perilaku tidak suci (Pali: abrahmacariyā; Skt: abrahmacarya).

[9] Mahācattārīsaka Sutta, Majjhima Nikāya 117 (Majjhima Nikāya: Uparipaṇṇāsa: Anupadavagga 7 {Uparipaṇṇāsa 136-143} versi Chaṭṭha Saṅgāyana CD-ROM – CSCD), Kanon Tipitaka Pali.

[10] kuhanā (kelicikan), lapanā (bujuk rayu), nemittikatā (memberi isyarat/tanda-tanda secara terselubung, seperti penujuman), nippesikatā (manipulasi/tipu muslihat), lābhena lābhaṃ nijigīsanatā (mengejar keuntungan dengan/demi keuntungan, seperti praktik lintah darat).

[11] Vaṇijjā Sutta, Aṅguttara Nikāya 5.177 (Aṅguttara Nikāya: Pañcakanipāta: Upāsakavagga 7 {Pañcakanipāta 177} versi Chaṭṭha Saṅgāyana CD-ROM – CSCD), Kanon Tipitaka Pali.


[12] Kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat atau perbuatan-perbuatan buruk (Pali: akusalā; Skt: akushala); kondisi-kondisi baik yang bermanfaat atau perbuatan-perbuatan baik (Pali: kusalā; Skt: kushala).


[13] Memahami dengan jernih (Pali: sampajāno, Skt: sampradhāna).


[14] Perhatian atau penuh perhatian atau kesadaran penuh (Pali: sati; Skt: smṛti; Inggris: mindfulness).


[15] Secara harfiah “vitakka” berarti penerapan atau pengarahan pikiran , sedangkan secara “vicāra” berarti pemikiran (hasil proses berpikir) atau pertimbangan.


[16] pīti (Skt: prīti) sering diterjemahkan sebagai kesenangan, ketergiuran, keterangkatan (Inggris: rapture) dan bukan tergolong dalam jenis perasaan atau pun sensasi tetapi kelompok perpaduan. Dalam tingkat yang ringan pīti menimbulkan kemerindingan (bangunnya bulu kuduk).

Referensi:

  1. Nyanatiloka Matathera, Buddhist Dictionary, Manual of Buddhist Terms and Doctrines,  Buddhist Publication Society, Kandy/Sri Lanka, 1980.

Disusun oleh: Bhagavant.com

REKOMENDASIKAN: